Wednesday, April 23, 2014

My Hijab Story : A Revert


Cr Pic to Owner

Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji hanya untuk Allah, terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk saya dapat berbagi cerita tentang kembalinya saya ke Islam dan cerita Hijab saya. 

Umur saya 28 tahun. Dan saya rivert sekitar 2 bulan yang lalu, Alhamdulillah.
Tepat setelah saya revert, keinginan saya sangat sangat sangat besar untuk berbagi ilmu ini dan berbagi kebaikan untuk orang-orang, terutama keluarga dan kerabat yang saya sayangi, agar juga berkesempatan mendapatkan taufik seperti yang saya dapat, dan kembali ke Islam. Menemukan Allah dalam rumus dan form yang sebenarnya. Insyaallah, amin.

Saya dibesarkan dari keluarga besar yang baik, sederhana, dan rendah hati. Orang tua saya adalah orang yang sangat berpengaruh dalam hidup saya. Tapi keluarga kami tidak ketat dari Islam. Dari masalah shalat, hijab, dan penerapan aturan-aturan yang terjadi dalam kehidupan berdasar Qur’an dan Sunnah.

Saya kecil rajin mengaji di masjid terdekat. Belajar membaca Qur’an, menghapal doa sehari-hari, bagaimana itu berislam, apa itu shalat, apa itu puasa, dsb. Tetapi seiring berjalannya waktu, banyak hal yang tidak saya amalkan dalam kehidupan saya, dan lambat laun mulai memudar. Saya hanya menjalankan kehidupan yang tahu berbuat baik kepada orang, menyayangi orang tua dan keluarga, shalat yang terkadang-kadang, puasa, berzakat …. Namun saya baru sadar sekarang saya tidak pernah merasakan dan mengenal Allah dan Islam dengan sempurna kala itu.

Lulus SMA, saya tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah. Tapi saya tidak mau disebut bodoh. Saya mendalami satu-satunya cara yang saya bisa dan saya tahu agar saya bisa sedikit lebih dihargai orang, dan mungkin akan memberikan saya jalan ke masa depan yang lebih baik. Saya menekuni bahasa inggris. Hasilnya terasa saat saya di terima berkerja di beberapa tempat terutama di hotel, dengan keahlian komunikasi saya yang baik dan mengerti bahasa inggris. Setidaknya saya tidak pernah mendengar atau merasa direndahkan dengan status saya yang hanya lulusan SMA. Dan saya mendapatkan pekerjaan yang sangat baik, penghasilan bagus dan posisi yang bagus.

Disaat-saat bekerja itulah saya melihat, mengetahui dan mengalami banyak hal. Bahwa dunia ini cukup mengerikan. Disaat yang bersamaan dengan kehidupan ‘baik’ yang saya jalani, saya juga dikelilingi banyak kemaksiatan dan kefasikan. Ya, saya sadari betul sebaik apapun saya hidup saat itu, seberapa banyak kebaikan dan amal yang saya lakukan kala itu dan seberapa jauh saya terhubung dan terlibat, Saya tetap seorang yang fasik. Berada di lingkungan yang sangat bervariasi, lingkungan ini dan itu yang sudah tidak asing ditelinga jika dihubungkan dengan kemaksiatan. Jika saya ingat masa itu, sungguh sangat mengerikan.

Ada banyak kejadian indah dalam keluarga saya yang sedikit membuat akal saya tersadar, namun, kembali saya berpaling. Salah satunya tentang kembalinya ayah saya menjalani Islam. Satu hal penting yang merubah hidupnya 180 derajat. Saat titik terendah manusia dikecewakan oleh kehidupan, saat itulah kelemahan manusia muncul dan meminta pada Tuhannya. 

Ya, saat itu ayah saya sakit keras. Tapi yang ada di benaknya saat itu adalah bagaimana dengan nasib istri dan ke 5 anaknya. Dia pun mengadu pada Allah yang selama ini dilupakannya. Menyadari kesalahannya, suatu doa dia bisikan dalam hatinya.¨Ya, Allah. Jika Engkau mengizinkan aku untuk kembali dijalanmu. Sembuhkanlah aku untuk keluargaku. Dan aku tidak akan meninggalkan perintahmu selama aku mampu. Akan kumuliakan engkau dirumah-Mu dan tidak akan aku tinggalkan ( berjamaah di masjid ) selama aku bisa. Akan kuperbaiki amalanku untuk mencari ridha-Mu.¨ Bisikan doa yang dikabulkan Allah. Janji yang baru kami sekeluarga ketahui saat beliau kembali sehat dan berubah. Saya melihat beliau tidak pernah meninggalkan shalat, terutama berjamaah di masjid. Berpuasa ramadhan, I’tikaf di masjid semalaman. Ayah saya sekarang bisa membaca Qur’an dan rajin tadarus. Kejadian itu menyentuh hati saya, tapi saya tetap tidak bergeming.

Dan awal kembalinya saya pada Islam, dalam menemukan rumus dan form yang sebenarnya adalah 3 tahun yang lalu. Ya, 3 tahun waktu yang diberikan Allah pada saya untuk menemukan-Nya kembali. Saya mengalami banyak hal luar biasa dan pelajaran selama itu. Yang terpenting adalah, DIA masih memberi kesempatan pada saya.

Akhir tahun 2011, saya mendapatkan sebuah kesempatan untuk pergi ke Eropa. Tinggal dengan keluarga native sebagai host, melakukan pekerjaan ringan dengan imbalan uang saku, berkesempatan menimba ilmu, sekalian traveling.

Saat visa ditangan dan saya mulai menyiapkan keberangkatan, saya mulai membuat perencanaan 10 tempat atau hal yang ingin saya kunjungi dan lihat di bumi. Terjangkau dan tidak neko-neko.

Hari itu saya pergi meninggalkan comfort zone saya dan mulai petualangan menjelajah belahan dunia lain. Setahun saya disana, semakin menjauhkan saya dari Allah dan Islam. Kemaksiatan yang jauh lebih mengerikan dari yang pernah saya temui ada dimana-mana, dan saya semakin fasik. Sampai suatu hari orang-orang disekitar saya disana mempertanyakan identitas saya yang mengaku sebagai muslimah.

Saya memiliki pacar seorang native saat itu. Dibesarkan dari keluarga protestan tapi dia sendiri seorang agnostic, atau bisa saya bilang ateis. Mengetahui saya seorang muslim tapi tidak ada satupun tanda dari diri saya yang membuktikannya. Seiring berjalannya waktu, ada banyak pertanyaan seputar Islam yang di tanyakan kepada saya. Dan memalukan, saya bingung menjawabnya. Saat mereka bertanya, ¨kenapa kamu memanggil Tuhanmu Allah?¨,  atau ¨kenapa kamu harus menahan makan bahkan minum saat puasa di musim panas yang mataharinya terbenam jam 10 malam? Kenapa Tuhanmu menyiksamu? ¨ , kenapa kamu tidak boleh makan babi dan minum minuman beralkohol.¨atau ¨kenapa kamu begini atau begitu¨

Pernah pula saya berdiskusi dengan salah seorang teman ateis saya yang bersikukuh tentang pendapatnya akan ketidak beradaan Tuhan dan semua ciptaan berasal dari sebuah lubang hitam atau big bang. Saya benar-benar kekurangan ilmu untuk bisa menjelaskan.
Pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah saya dapatkan saat saya di kampung halaman saya, karena mayoritas mereka melakukan  yang sama. Tanpa banyak Tanya.

Disaat itulah saya mempertanyakan tentang diri saya sendiri. Kenapa saya tidak tahu banyak tentang kepercayaan yang saya anut. Walau saya tahu bahwa semua ajaran islam itu baik, tapi saya tidak pernah mencari tahu ¨kenapa¨ saya harus melakukannya.  Saya pun mulai mempertanyakan tentang Allah dan islam, dan kadar Allah dan islam dalam diri saya. Apa saya benar-benar mempercayai dengan segenap akal, hati dan jiwa raga saya ?

Saya mengambil satu pertanyaan pertama didalam benak saya. ¨Apa saya percaya adanya Tuhan, ataukah benar kata mereka bahwa kita ada dari big bang, alien atau dari seekor kera ?¨. 

Satu pertanyaan awal, ¨apa saya percaya adanya tuhan ?¨. 

Dengan keterbatasan ilmu dan rumus, saya memastikan saat itu juga, jika Tuhan itu pasti ada. Semua ini pasti ada penciptanya, dan DIA harus sempurna. Bagaimana mungkin kita ada karena sebuah ledakan sedangkan kita terlahir dari rahim wanita,dan pun kalau pun big bang terjadi, saya lebih memilih mempercayai DIA yang mengijinkan hal itu terjadi. Bagaimana mungkin kita berasal dari kera sedangkan masih banyak kera didunia. Bagaimana mungkin kita diciptakan alien yang berbentuk aneh, saya memutuskan lebih mempercayai bahwa jika alien itu pun ada, mereka pasti juga ciptaan. Semua pemikiran ini berkelebat dalam benak saya, saya menjawab dengan pikiran saya sendiri. Saya tidak berusaha mencari jawaban atau bertanya pada siapapun. Jawabannya 100% yakin. Tuhan itu pasti ada, that’s it!

Lagi lagi, saya tidak bergeming dan kembali larut dalam kefasikan hidup. Sampai suatu ketika saya dengan tidak sengaja melihat salah satu video di youtube tentang sebuah pertanyaan yang sangat menarik. ¨Kenapa Allah¨ ( salah satu pertanyaan yang diajukan kepada saya beberapa kali ).

Saya menemukan Syeikh Yusuf Estes dari youtube dengan judul ¨The Universal Message of Islam¨. Dari beliau lah saya mendapatkan ilmu-ilmu yang selama ini saya cari jawabannya, rumusnya, formulanya. Tentang ¨kenapa Allah¨ dari mana asal kata nya, apa artinya. Penjelasan yang sangat sangat bisa diterima akal logika dan sangat menyentuh.

Diwaktu senggang, saya mulai tertarik mendengarkan beberapa cerita convert orang orang melalui youtube, setelah saya mendengar cerita luar biasa indah dari convertnya Yusuf Estes.

Tapi perasaan saya saat itu masih dalam kategori menikmati dan tersentuh. Akal saya belum menjangkau lebih jauh. Saya menyadari jika saya mulai merasakan sesuatu yang aneh dalam diri saya. Tapi saya tidak tahu apa itu. Perasaan seperti saya kehilangan sesuatu. Tapi saya bahagia kala itu. Bagaimana tidak beberapa tempat dalam list 10 saya dapat saya realisasikan. Tempat tempat yang saya hanya tahu sebelumnya dari sejarah, buku dan media, dapat saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Saya menjelajah dan belajar tentang dunia yang sama sekali jauh tidak terjangkau sebelumnya. Luar biasa luasnya dan indahnya ciptaan Allah. Dan setiap hal membuat saya sadar betapa kecilnya saya dihadapanNya.

Sebelum memasuki tahun ke 2 saya tinggal di eropa. Saya dan pacar saya putus. Memiliki banyak perbedaan walau ada kata¨respect¨,  tidak berpengaruh apa-apa dalam sebuah hubungan lintas agama dan budaya. Saya yang tidak bisa terjun bebas menyelami dunia barat, lalu beralih mundur dan menyerah. Budaya ketimuran saya yang tidak bisa saya lepas dan sedikit sisa keimanan yang Alhamdulillah menyelamatkan hidup saya dari lubang hitam yang dalam.

Saat itu saya berkesempatan liburan di kampung halaman sebulan lamanya. Saya memutuskan untuk mencoba berhijab. Tidak ada alasan khusus. Tentu saja karena saya merasa saya seorang muslimah. Sebenarnya keinginan berhijab saya sudah saya fikirkan beberapa waktu terakhir. Saya ingin memperbaiki diri saya. Tapi pikiran saya saat itu. ¨saya ingin menghijab hati dan kelakuan dulu¨, maklum masih ada beberapa hal yang kurang baik yang masih saya jalani kala itu :P

Sekembalinya saya ke Eropa, sempat terbersit dalam hati jika saya ingin melanjutkan hijab saya. Tapi karena iman saya yang lemah, kurangnya ilmu, ada banyak pertimbangan dan saya memutuskan, tidak.

Hampir 2 tahun setelahnya lagi berlalu saya masih sama. Lalu disaat kelengahan saya terhadap Allah dan Islam, ada beberapa kejadian luar biasa bagi saya yang saya alami dan terjadi dalam kedipan mata. Tepat hari itu, 2 bulanan yang lalu dari hari ini.

Saya mengenal muslimah sebangsa dan seprofesi dan kamipun berteman. Dia berhijab dan sangat mem practice kan islam dengan baik. Saya merasa malu. Ada banyak kejadian yang membuat saya berkaca pada diri saya. Dan saat kami berkomunikasi dan berbicara semua akan berlanjut kesebuah diskusi yang sangat menarik. Tentu saja semua akan dikaitkan dengan islam. Tanpa sadar saya bertanya banyak hal pada teman saya itu. Saya kagum dengan pengetahuan nya tentang hidup dan Islam, jauh lebih banyak ilmunya dibanding saya, padahal kami seumur. Dan itu yang membuat saya malu. Dia tidak akan segan untuk melaksanakan shalat dimanapun dia berada jika waktu shalat tiba. Luar biasa kuat keteguhannya, kuat mentalnya, untuk menjadi seorang yang menjalankan islam di negara yang pernah mempublikasikan tentang Nabi Muhammad yang menjadi kontroversi itu.

Saya menyadari sungguh sangat berat dan sangat banyak pahala yang bisa dilakukan untuk menjadi seorang yang menjalankan Islam dengan benar di negeri yang menjadi minoritas, tidak lupa dengan segala berita dan pressure tentang Islam di dunia. Saya mendengar berita beberapa muslimah yang mengalami perlakuan kurang menyenangkan dari orang-orang sekitar. Tentu saja tidak semua orang sama. Akan ada yang sangat tidak peduli, peduli, biasa-biasa saja, dan ada yang yang tidak menyenangi. Tapi resiko itu akan selalu ada. Dan fasilitas dan ruang untuk melaksanakan Islam disini tentu berbeda dan tidak semudah di Indonesia. Karena itulah saya sangat kagum pada mereka. Disaat kita di Indonesia bisa menikmati buka puasa jam 6an sore. Dibelahan dunia lain saat puasa bertepatan dengan musim panas, matahari tenggelam bisa jam 11 malam. Dan mereka tetap ikhlas melakukannya.  Dan banyak hal lain  yang membuat saya bersyukur dan mengintrospeksi diri.

Disaat yang sama saya sering berdiskusi dengan teman saya itu, ada banyak teman saya di Indonesia mulai berhijab. Kembali saya teringat keinginan saya sebelum saya kembali ke eropa kalau saya ingin melanjutkan hijab saya. Tapi kembali saya membuang pikiran itu dengan alasan yang sama.

Sampai di sebuah kesempatan saya mendengar tausiah Ustad Felix Siaw tentang Hijab. Dari 1 kajian yang berdurasi sekitar 1 jam itu yang saya tonton via youtube, dengan drastis kata hijab dalam hati saya menjadi mutlak wajib.

¨Tidak semua wanita berhijab itu baik, tapi muslimah yang baik itu pasti berhijab.¨

¨Hijab tanpa nanti. Taat tanpa tapi.¨

Berikut semua dalil yang disampaikan, membuat hati saya bergetar. Saya merasa sangat lemah. Disaat yang bersamaan kajian beliau yang lain tentang rumus menemukan Tuhan dan Aqidahnya, Life is a Choice, The Way to Believe, Best Blessing for Woman, dan Syahadat Sempurna. Membuat pikiran saya  saya berputar hebat. Saya seperti baru saja menemukan Allah dan Islam. Pertanyaan ¨Why¨ yang memang tidak pernah saya coba cari.

Saya sudah tidak bisa mengelak lagi. Saya kalah. Disaat itu juga saya bersimpuh, ¨Ya Allah, You’ve been given me my whole life to search after You. Thank you for right now.¨ Saya kehabisan kata, saya merasa orang yang paling beruntung didunia. Allah memilih saya. Saya merasa special.

Saya berhijab detik itu juga.

Satu kejadian itu saja, membuat pandangan hidup saya mengarah kemana-mana, saya merasa menemukan tujuan akhir hidup saya, dengan keyakinan. Dimalam itu juga saya menghubungi Ibu saya di kampung halaman, yang waktu menunjukkan pukul sekitar jam 12 malam di sana. Saya meminta maaf kepada beliau karena membangunkannya. Tapi saya sangat ingin memberitahukan berita bahagia ini, dan meminta doa restu keluarga dirumah.

Sama sekali tidak terlintas dalam pikiran saya saat itu tentang, Bagaimana rencana masa depan saya yang rencananya saya akan kembali bekerja di hotel sekembalinya saya ke kampung halaman dalam beberapa bulan mendatang  ( pasti akan sedikit lebih sulit mengingat bidang saya adalah hotel dan Front Office Departemen, penampilan menarik adalah salah satu yang utama. Dan cukup jarang seorang pegawai kantor depan berhijab ), atau bagaimana jika host saya keberatan dengan keputusan saya dan memutuskan memulangkan saya secara mendadak, juga bagaimana saya akan menunjukkan saya dan hijab saya di negeri yang Islam adalah minoritas, juga apa yang harus saya pakai ( saya baru menyadari baju proper yang saya miliki untuk hijab saya kurang dari 5 yang bisa saya mix and match, selebihnya baju saya termasuk kategori summer outfit. Syal panjang dan besar, saya hanya punya 1, sementara saya tinggal disana masih 4 bulan lagi dari saat itu. Dan bukan ide yang bagus jika saya menghabiskan uang yang ingin saya tabung untuk pulang jika saya harus membeli pakaian. Biaya hidup disini cukup tinggi.

Semua hal itu tidak saya fikirkan. Hal-hal itu baru saya sadari 2 hari kemudian.
Keesokan harinya saya membicarakan ini dengan host saya. Alhamdulillah, mereka menerima dan mendukung keputusan ini-. Diluar dari alasan spiritual saya, mereka tahu bahwa keputusan ini akan membuat saya menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak seharusnya dilakukan muslimah dan menjadikan saya dan pribadi saya lebih baik, dan mereka ikut senang. Host mom saya bahkan memberikan beberapa syal-syal panjangnya untuk saya pakai sebagai khimar. Dia tahu saya tidak memiliki banyak hal yang menunjang hijab saya. Diluar dugaan pula, teman saya memberikan banyak jilbab dan khimarnya untuk saya, Subhanallah .. Subhanallah.

Saya sangat bersyukur, bahagia, dan bergairah dalam hidup mencari Ridha-Nya mulai saat itu juga. Semuanya jadi terasa begitu menarik, menyenangkan dan berarti. Saya mulai memperdalam ilmu saya tentang Islam. Alhamdulillah internet di sini 24 jam nonstop gratis saya gunakan untuk mengumpulkan banyak sekali bahasan tentang Islam. Saya sangat menikmati mengumpulkan dan mengkaji dalil. Saya menemukan semua permasalahan hidup ada solusinya. Semua pertanyaan yang ditujukan pada saya. Semua ilmu yang pernah saya pelajari dan saya lupakan. Juga semua ilmu yang saya belum tahu. Saya sangat menikmati belajar ini, teman saya pun sangat membantu saya.

Saya merasa mempunyai tanggung jawab untuk mengenalkan Islam yang benar kepada orang-orang, khususnya yang berada disekitar saya, yang tidak tahu tentang Islam. Hijab saya menjadi identitas saya dan saya merasa bertanggung jawab untuk itu.
Saya kehilangan hampir semua hasrat saya tentang dunia. Saya sedang belajar lebih dalam lagi untuk selalu ikhlas, berserah, ikhriar dan tawakal. Mempersiapkan diri sampai datang saatnya dipanggil kembali kepada-Nya suatu saat nanti yang tidak diragukan kedatangannya. Agar saat menghadap-Nya saya bisa memberikan yang terbaik dari saya, dan berusaha sebaik mungkin untuk membangun rumah indah di Surga-Nya.

Satu bulan terasa sangat lama, jika Allah mengijinkan saya kembali ke kampung halaman dengan sehat. Saya ingin membagi ilmu yang baru saya dapatkan untuk orang-orang, untuk keluarga dan kerabat yang saya sayangi. Agar mereka dapat mengenal Allah dalam artian yang sebenarnya. Agar mereka kembali pada Islam. 

Yang hakiki dan abadi ada hanya Pada-Nya. Semoga Allah melimpahkan rahmat yang luar biasa indah untuk kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh

Dengan Senyum, 

Noe